Pages

Thursday, February 14, 2019

Catatan 4 Fase Perjalanan LDII

Catatan 4 Fase Perjalanan LDII

Dalam perjalanan sejarah LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia), LDII telah mengalami berbagai macam fase, ada 4 (empat) fase yang dialami LDII, yakni:

1. Fase marginalisasi dimana LDII sebagai ormas dimarginalkan/dipinggirkan bahkan mungkin tidak dipandang sebelah mata pun.

2. Fase kontroversi dimana ada yang pro dan kontra terhadap LDII,

3. Fase Konsensus masa dimana LDII sudah merupakan salah satu pilihan diantara berbagai ormas yang ada, ibaratnya misal orang senang sepakbola : ada yang senang memilih Manchester United (MU) ada yang memilih Chelsea, dll. 

Analoginya juga sama dengan orang yang senang minum soft drink ada yang senang coca-cola, pepsi cola, 7 up, sprite, temulawak (yang terakhir disebut mah bukan softdrink, hehe) dll. 

4. Fase Kontribusi dimana peran LDII sebagai ormas berperan aktif baik memberikan masukan kepada pemerintah/lembaga terkait, maupun terjun langsung dalam berbagai kancah pembangunan di berbagai bidang baik bidang dakwah/keagamaan sebagai bidang garapan LDII maupun bidang lain seperti dalam bidang kesehatan,penghijauan/ go green, ekonomi & politik. 

Semua yang dilakukan LDII (warga maupun pengurusnya/institusi) dalam koridor ibadah. Memang kami niatkan untuk ibadah. Kalau ada yang menyangka lain-lain, ya itu hak mereka.

Sebagai contoh LDII melaksanakan gerakan go green dari tingkat pusat (Dewan Pimpinan Pusat/ DPP), Propinsi (Dewan Pimpinan Wilayah/DPW), Kota/Kab (Dewan Pimpinan Daerah/DPD), maupun Pimpinan Cabang (PC) dan Pimpinan Anak Cabang (PAC). Gerakan go green sejatinya adalah ibadah. 

LDII dalam 5-6 tahun belakangan ini, tanpa terasa sudah terjadi rekonsiliasi dalam berbagai level, baik level negara, level ulama maupun masyarakat.

Dalam level negara : dalam acara Rakernas LDII di Bogor beberapa waktu yang lalu (11-12 April 2012), Pak Wapress Boediono hadir memberikan sambutan atas nama Presiden RI dan acara dibuka oleh Mentri Agama RI Suryadharma Ali, termasuk hadir memberikan materi Wakapolri Komjen Nanan Sukarna, kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris) dan tokoh-tokoh nasional lainnya seperti Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, dll.

Dalam Level Ulama: Pondok Kediri LDII sebagai basis ilmu yang diajarkan kepada santri-santri / calon mubaligh mubalighoh LDII telah dikunjungi oleh para ulama yang ingin meninjau langsung kegiatan belajar mengajar santri-santri LDII dan melihat langsung ajaran apa yang diajarkan LDII di pondok tersebut. Beberapa tokoh Ulama yang telah mengunjungi pondok LDII misalnya KH. Walid Marhaban Adnan (Ulama Bakongan Aceh), KH. Zulfikar Hajar (Medan), Ketua MPU Kab.Semelu Aceh KH.Muchlis S.Ag, Ketua MUI Sulsel Dr. Abdurahim Yunus MA, Prof. Minhajudi, MA, Prof.Dr.H.Muh. Galib, MA dan lain-lain.

Level Sosiologis : ditandatanganinya nota kesepahaman /Memorandum of Undestanding (MoU) antara DPP LDII dengan PB NU (Nahdlotul Ulama) yang berisi 5 hal yaitu : 1. Dakwah Deradikalisasi   2.Pendidikan  3. Ketahanan Pangan  4. Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana  5. Menjaga NKRI.

Beberapa kegiatan LDII yang merupakan upaya kontribusi dan bersifat substansial, diantaranya :

- LDII diundang dalam ijtima' Ulama di Cipasung tahun 2012
- LDII diundang dalam sidang isbat penentuan 1 Romadhon, 1 Syawal dan 1 dzulhijah
- Ketua Umum dan beberapa pengurus DPP LDII diterima Mendagri Gamawan Fauzi dan LDII diakui secara legal dalam tingkat Nasional dengan  dikeluarkannya SKT (Surat Keterangan Terdaftar).
- Ketua Umum ditunjuk sebagai bagian dari Amirul hajj tahun 2012
- LDII mengikuti undangan pemerintah (cq DEPAG) mengikuti pelatihan isbat, Februari 2013

Dalam Bahasa manajemen fase yang dialami LDII dalam perjalanan sejarahnya adalah fase forming (membentuk), storming (kontroversi), Norming (normalisasi) dan performing (performance, kontribusi)

Sunday, September 23, 2018

Melalui Rakernas, LDII Dorong Praktek Demokrasi yang Berkualitas

Melalui Rakernas, LDII Dorong Praktek Demokrasi yang Berkualitas

Melalui Rakernas,  LDII Dorong Praktek Demokrasi yang Berkualitas

LDII akan menggelar Rakernas pada 10 – 11 Oktober 2018 mendatang.  Perhelatan akbar organisasi seusai Munas ini bertepatan dengan agenda bangsa, Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 – 2024 secara bersamaan. LDII memandang, Rakernas ini menjadi media strategis, baik bagi LDII maupun bagi rakyat Indonesia untuk  menyampaikan aspirasinya

Beberapa link pemberitaan kegiatan konferensi pers yg dilakukan DPP LDII pada jumat 21 september, yang bisa kita rangkum, sbb:





LDII Ajak Elit Politik Kedepankan Kerja Politik Bukan Isu Politik kunjungi http://m.suarasurabaya.net/app/politik/detail/2018/209972-LDII Ajak Elit Politik Kedepankan Kerja Politik Bukan Isu Politik




Harian Pagi Rakyat Pos, salah satu media Minstream di Babel:


Melalui Rakernas, LDII Dorong Praktek Demokrasi yang Berkualitas









#LDII
#JelangRakernasLDII2018
#RakernasLDII2018
#ProfesionalReligius

Monday, October 6, 2014

Perjalanan LDII Meretas Jalan Menjadi Sang Penengah

LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) berawal dari sebuah organisasi dakwah kecil yang dinilai keras, selama 40 tahun sejak didirikan yakni tahun 1972,  LDII, saat ini telah bertransformasi dan berkembang menjadi salah satu organisasi dakwah besar di Indonesia yang kontributif dan menyejukkan dengan konsep green preaching (dakwah hijau atau dakwah menyejukkan).

Kunci sukses yang ditemukan dalam sejarah LDII adalah adanya budaya untuk membangun apa yang di dalam zaman post-modern sekarang ini disebut knowledge-based society yaitu sebuah masyarakat yang mampu mengelola dan menggunakan ilmu pengetahuan untuk membangun kesejahteraan, kemajuan, dan kemakmuran masyarakatnya, yang merupakan silent power atau hidden power. Di sini terjadi proses pencerahan atau enlightenment bukan hanya pencerahan dari aspek ukhrowi (mengantarkan masyarakat menuju kepada cahaya terang/minadhulumati ilannuur) tetapi juga pencerahan dari aspek duniawi dalam rangka membangun manusia yang profesional religius

LDII sebenarnya telah memiliki pandangan dan sikap post-modern terlebih dahulu sebelum dunia barat mempopulerkan posmodernisme dalam masyarakat global. Warga LDII merupakan komunitas yang "melek pengetahuan". Dengan pengetahuan yang luas dan mendalam akan terbangun keyakinan yang kuat. Inilah salah satu kunci yang merupakan roh mengapa LDII tetap tidak hanya eksis tetapi juga partisipatif dan kontributif meskipun menghadapi tantangan zaman yang sangat dinamis. Hanya dalam tempo empat dekade, LDII mampu memposisikan dirinya dari anggapan sebagai threat menjadi asset masyarakat bangsa dan negara.

Kunci sukses kedua adalah sikap konsistensinya dalam menghadapi zaman yang penuh dengan krisis dan pergolakan. Sejarah LDII memperlihatkan bagaimana organisasi dakwah  ini tetap konsisten sebagai lembaga dakwah Islam yang memiliki semangat filantropi (kemanusiaan) yang sangat tinggi. Ketika reformasi meletus, banyak ormas Islam yang berafiliasi dan/atau membentuk partai sendiri. Dalam hal ini LDII melakukan hal yang sebaliknya, jika di zaman orde baru LDII terpaksa ditempatkan sebagai onderbouw salah satu kekuatan politik dominan pada waktu itu, maka setelah reformasi, LDII justru berhasil melepaskan diri dari jeratan politik praktis dan lebih netral serta aktif melayani seluruh elemen masyarakat. Inilah yang memungkinkan LDII semakin dapat memerankan dirinya sebagai "Sang Penengah" di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang penuh dengan pertentangan (antagonisme).


Sumber:
Catatan Kesimpulan Makalah Cinta Alam Indonesia (CAI 2014) berjudul:
"Lembaga Dakwah Islam Indonesia Berjuang Menjadi "Sang Penengah", 1972-2014