Pages

Monday, October 6, 2014

Perjalanan LDII Meretas Jalan Menjadi Sang Penengah

LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) berawal dari sebuah organisasi dakwah kecil yang dinilai keras, selama 40 tahun sejak didirikan yakni tahun 1972,  LDII, saat ini telah bertransformasi dan berkembang menjadi salah satu organisasi dakwah besar di Indonesia yang kontributif dan menyejukkan dengan konsep green preaching (dakwah hijau atau dakwah menyejukkan).

Kunci sukses yang ditemukan dalam sejarah LDII adalah adanya budaya untuk membangun apa yang di dalam zaman post-modern sekarang ini disebut knowledge-based society yaitu sebuah masyarakat yang mampu mengelola dan menggunakan ilmu pengetahuan untuk membangun kesejahteraan, kemajuan, dan kemakmuran masyarakatnya, yang merupakan silent power atau hidden power. Di sini terjadi proses pencerahan atau enlightenment bukan hanya pencerahan dari aspek ukhrowi (mengantarkan masyarakat menuju kepada cahaya terang/minadhulumati ilannuur) tetapi juga pencerahan dari aspek duniawi dalam rangka membangun manusia yang profesional religius

LDII sebenarnya telah memiliki pandangan dan sikap post-modern terlebih dahulu sebelum dunia barat mempopulerkan posmodernisme dalam masyarakat global. Warga LDII merupakan komunitas yang "melek pengetahuan". Dengan pengetahuan yang luas dan mendalam akan terbangun keyakinan yang kuat. Inilah salah satu kunci yang merupakan roh mengapa LDII tetap tidak hanya eksis tetapi juga partisipatif dan kontributif meskipun menghadapi tantangan zaman yang sangat dinamis. Hanya dalam tempo empat dekade, LDII mampu memposisikan dirinya dari anggapan sebagai threat menjadi asset masyarakat bangsa dan negara.

Kunci sukses kedua adalah sikap konsistensinya dalam menghadapi zaman yang penuh dengan krisis dan pergolakan. Sejarah LDII memperlihatkan bagaimana organisasi dakwah  ini tetap konsisten sebagai lembaga dakwah Islam yang memiliki semangat filantropi (kemanusiaan) yang sangat tinggi. Ketika reformasi meletus, banyak ormas Islam yang berafiliasi dan/atau membentuk partai sendiri. Dalam hal ini LDII melakukan hal yang sebaliknya, jika di zaman orde baru LDII terpaksa ditempatkan sebagai onderbouw salah satu kekuatan politik dominan pada waktu itu, maka setelah reformasi, LDII justru berhasil melepaskan diri dari jeratan politik praktis dan lebih netral serta aktif melayani seluruh elemen masyarakat. Inilah yang memungkinkan LDII semakin dapat memerankan dirinya sebagai "Sang Penengah" di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang penuh dengan pertentangan (antagonisme).


Sumber:
Catatan Kesimpulan Makalah Cinta Alam Indonesia (CAI 2014) berjudul:
"Lembaga Dakwah Islam Indonesia Berjuang Menjadi "Sang Penengah", 1972-2014 

Artikel Terkait

Perjalanan LDII Meretas Jalan Menjadi Sang Penengah
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email